The Adventure of Detective Theo

Story Case ..

A/N:
Hai ^o^)/ para detective. Saya gak mau banyak bacot. Jujur disini saya kebingungan mau bikin case yang bagaimana. Jadi saya bikin saja case kayak gini. Sejalur sama profesi saya sih, Author .. wohoho. Get ready for this? J enjoy ..

-----------------------------------------------

“ .. The Adventure of Detective Theo .. ”

File 1 :CAT?

Theo P.O.V

Rabu, 16 Oktober 1991 ..

Hari ini cuaca cerah. Awan-awan berjalan tipis memberi celah kepada sang surya untuk bersinar menampakkan cahayanya. Aku menyesap ice tea apel kesukaanku sambil sesekali menengok majalah bulan ini. Hahh.. hari yang membosankan. Duduk-duduk di kursi depan teras seperti ini, barangkali saja bisa meminimalisir kebosananku. Dan .. entah mengapa, pagi-pagi gini aku kok malah minum minuman dingin. Dasar bodoh! Tapi ya mau bagaimana lagi? Orang aku lagi pengen minum es .. he he he.
Huhh.. majalah bulan ini tampaknya memang benar-benar monoton. Kenapa isi artikelnya itu-itu saja? Ramalan zodiac, tips & trick for teenage, cerpen tentang cinta? Aku menepuk dahiku. Astaga! Ini kan majalah perempuan milik adikku, Bella! Pantas saja isinya aneh.
Tapi tunggu dulu, apa ini?
Kolom ‘WoW’ bulan ini ..
“Seekor kucing Persia manis dikabarkan akan menerima warisan sebesar 7 trilyun rupiah dari pemiliknya, Hellena Simpson, yang merupakan salah satu wanita terkaya dari seluruh penjuru dunia. Benar-benar ‘WoW’ sobat! Dengar-dengar nih, nilai 7 trilyun rupiah itu adalah total dari sisa tabungan Hellena setelah membagi-bagikan warisan kepada semua cucu serta anaknya. Dan, sisa 7 trilyun? Waoww.. it’s a fantastic prize gals!! Gak cuman itu, bla bla bla ..”
Aku terperangah. What the hell on the hell??? 7 trilyun? Hanya untuk seekor kucing? Aku meneguk ludah. GLUP! Jangan sampai aku jantungan gara-gara berita ini. Kalo itu buatku, pasti aku akan bangunkan apartemen dan membeli puluhan mobil! Homina homina..
Aku membaca lebih detail tentang artikel kucing itu. Katanya, kucing Persia itu sangat dimanjakan oleh si Hellena. Gaya kucing itu-pun sangat stylish dengan berbagai macam dandanan beserta bulu rambutnya yang di semir oranye, mencolok segala pasang mata yang melihatnya. Ya .. nyolok bangeeett!!!
            “Kakak!”
Aku menoleh ke arah sumber suara itu. Be-Bella?
            “E-eh .. ngapain Bell?” tanyaku gugup. Uhuk! Ketahuan deh lagi baca bukunya.
            “Ngapain? Ngapain kakak baca majalahku?? Balikkin!!” seru Bella seraya menyahut begitu saja majalah bercover Pink itu dari tanganku.
‘SREEET!! PLAK!’
Bella memukul kepalaku menggunakkan majalah.
            “A-auh .. apa-apaan sih? Sakit tau!” protesku merintih
            “Biarin! Ngapain sih baca-baca majalah punya cewek?? Mesum!!”
‘BLAM!’
Bella menutup pintu ruang tamu dengan kerasnya. Astaga, dasar cewek!!
Sesaat kemudian aku kembali teringat akan berita kucing itu. Hahh .. aku menyilangkan tanganku ke belakang kepala sembari mendesah lirih. Ku kira, beruntung sekali jika aku yang jadi kucing itu. Takdir memang selalu mengejutkan.

End of Theo P.O.V

----------------------------------------------------------

Normal P.O.V

Sementara itu di tempat lain..
            “Sudah kubilang, bukan aku yang membunuhnya!” suara baritone berat itu terlantun nyaring di udara.
            “Kalau begitu siapa?? Kau yang selalu ingin menghabisinya!!” sesaat kemudian, suara mezzosopran lembut itu pun menyusul.
            “Kau gila! Kau menuduhku membunuhnya?? Dia hanya kucing Hellena! Hanya kucing!!”
            “Ta-tapi Baron ..”
Lelaki tua yang dipanggil Baron itu pun kemudian berjongkok, meremas bulu seekor kucing manis yang tergeletak tak berdaya di atas lantai. Dan mulut kucing itu .. mengeluarkan buih? Diracun?
            “Kau benar-benar dibutakan oleh kucing brengsek ini! Aku tak tau mengapa tapi kau benar-benar gila!!”
            “Catty …” isak Hellena
Dan panorama ironi itu pun terus berlanjut diiringi cekcok mulut antara keduanya.

End of Normal P.O.V

 ---------------------------------------

Theo P.O.V

Aku melangkahkan kakiku panjang sembari menendang kecil kerikil-kerikil yang tergeletak di atas jalan. Ya ya ya.. Rabu ini .. aku sedang tidak ada jadwal kuliah. Oh, maksudku ehem! Aku membolos, hehehe. Lagipula pelajaran hari ini juga tidak terlalu penting. Wohoho, sudah berlagak seperti jenius saja!
‘JDUUKH!’
            “A-aa ..” kudengar samar-samar seperti ada suara rintihan.
Aku menengok ke arah sumber suara itu, se-seorang gadis!
            “I-ittai yo ..” rintihnya sembari memegangi lututnya yang berdarah. Astaga! Jangan-jangan?
Aku segera berlari menghampiri gadis itu.
            “Kamu gak papa?” tanyaku sembari memegang kedua bahunya. Glup! Ha-halus .. #MulaiDehPikTor-_- *ditendang ke laut*. Back to story!
            “Ungh .. ehem .. aku gak papa kok ..” jawabnya pelan.
Kurasakan wajahku merona. Wohooo.. perasaan apa ini. Rasanya seluruh darahku berkumpul kekepala, bersekongkol membentuk kesebelasan sepak bola, dan siap untuk meledak kapan saja! What the .. ?
            “Hei?” dan suara lembut itupun mengembalikan kesadaranku.
Kulihat wajah seorang gadis begitu cantiknya bak bidadari turun dari surga #KayakLagunyaCoboyJunior .. GLEK! Astaga? Apa yang kupikirkan??!
            “Kamu gak papa?” tanyanya pelan
Aku tertegun. “E-e----------h? A-aku ?”
Gadis itu mengangguk.
Aku menelan ludah.
Wotskeore, wotskeo .. hemm.. jagalah ketenangan hatimu Theo, jagalah!
            “A-aku eh.. gak papa. Maksudku, ka-kamu tadi jatuh kenapa?” gumamku mengalihkan pembicaraan
            “Itu..” ia lalu menunjuk sebongkah kerikil yang tergeletak tak jauh dari peristirahatan kakinya. Sudah kuduga! Itu kerikil yang kutendang! Apa tadi terlempar ke arahnya ya? Aku lalu memberanikan diri untuk bicara.. tapi ..
            “Emm.. u-uwaa kasihan banget y-ya kamu .. dasar tuh gak tau diri yang lempar. Kaki kamu jadi berdarah gini kan. Kamu masih bisa jalan?” dustaku nista.
            “Y-ya .. tapi sakit ..”
            “Emang kamu mau kemana?”
            “Mau ke rumah nenekku .. aduh .. gimana nih, mana jauh lagi rumahnya ..”
            “Lalu kenapa kamu jalan?”
            “Aku sebenernya mau naik bis, tapi tauk-tauk kelempar itu kerikil .. huhh .. lagi haltenya juga lumayan jauh ..”
Ya ampun ternyata aku telah membuat susah gadis ini. Ya.. yaa.. mau tidak mau, aku harus bertanggung jawab. Aku kan yang sudah membuatnya terluka?
            “Kalo gitu, aku anter aja ya? Pake motor?” tawarku
            “Be-beneran? Mana motornya?” tanyanya celingak-celinguk berharap menemukan salah satu dari kendaraan roda dua tersebut.
Aku terkekeh. “Hehe, motornya di rumahku. Deket kok! Ayo kita ambil dulu!”
Aku kemudian menawarkan tanganku demi membantunya berdiri. Sejenak gadis itu terdiam. Namun beberapa detik kemudian, ia menyambut tanganku erat, menahan beban tubuhnya demi memijakkan kedua telapak kakinya kembali ke atas tanah.
            “Makasih ..” ujarnya sambil tersenyum.
Aku tertegun. Manis ..

                                              == Skip Time ==

Aku dan Pia kini telah sampai di depan pekarangan rumah indah luas nan megah. Oh iya, gadis yang bersamaku ini ternyata namanya Pia. Aku dan dia sedikit bercakap-cakap selama perjalan menuju kesini tadi.
            “Yah! Udah sampek ‘Yheo .. makasih ya ..” ujarnya dengan senyum cantik tak terperi.
Aku merona. “O-oh iya sama-sama”
            “Ayo masuk dulu?!” ajak Pia yang secara tiba-tiba menggenggam erat pergelangan tanganku.
            “Ha? A-apa? Gak usah Pia ..” tolakku
            “Kenapa?”
            “Gak-papa .. takutnya entar aku malah ngerepotin ka..”
‘BRAAKH!’
Belum sempat menyelesaikan perkataanku, tiba-tiba saja terdengar suara gebrakan yang cukup keras dari dalam rumah mewah itu. Oh, ralat! Maksudku SANGAT SANGAT KERAS. Rumah tersebut begitu besar dan aku masih bisa mendengar suara itu? Dari luar sini?! What’s going on?
            “Ke-kenapa tuh? The- kamu ikut aku ke dalem ya?” tukas Pia menarik paksa tanganku dan nekat menggeser kakinya yang ditempeli kapas. ( NOTE: Kaki Pia sempat diobati di rumah Theo saat mereka mengambil motor tadi ) “A-a..”
            “Ja-jangan memaksakan diri Pi .. yaudah aku ikut kamu, tapi motorku gimana?”
            “Kamu bawa aja masuk kedalam,, parkir di depan rumah situ ..” jawab Pia seraya menunjuk halaman depan rumah neneknya yang memang luas seakan dibangun untuk tempat parkiran itu. Astaga .. aku lupa kalau ini masih di depan pekarangannya.
            “Ya-yaudah .. ayo ..”

End of Theo P.O.V

-------------------------------------------

Normal P.O.V

Sementara itu di dalam rumah nenek Pia ..
            “Kalian ini bagaimana? Kalian kan maid-nya? Kenapa sama sekali gak becus ngurusi dia? Dia hanya kucing!!”
‘BRAAKH!’
Suara gebrakan meja itu terlantun sesaat setelah beberapa patah kata yang terlontar keras.
Para maid yang dibentak itu pun hanya bisa menunduk takut. Tak bisa menatap mata sang tuan besarnya walau hanya sedetik.
            “Su-sudahlah Baron .. jangan seperti itu ..” gumam wanita tua berumur 60 tahun itu lembut.
            “Kau ini! Kau menuduhku, tapi kau tidak menuduh mereka??!! Apa yang salah denganmu Hellena??!!”
            “Kakek, nenek! Sudah berhenti!!”
Kedua pasang mata itu pun menoleh.
            “Pia?”

End of Normal P.O.V

-------------------------------------------------------

Theo P.O.V

Pia berlari kencang setelah berhasil membuka pintu kayu yang besar itu. Aku hanya bisa terdiam. Pia ternyata kuat juga ya?
            “Kakek, nenek! Sudah berhenti!” teriak Pia kepada sepasang orang tua yang berdiri 7 meter dihadapannya.
            “Pia??” seru mereka berdua bersamaan.
Wah-wah, bakal ada melodrama keluarga nih kayaknya.
            “Kakek! Nenek! Kenapa bertengkar? Ada apa ini??” tanya Pia cepat
Wo.. aku baru sadar kalau tadi dia lari. Lukanya udah sembuh kalik ya?
            “Catty Pi .. Catty ..” ujar nenek-nenek itu terisak
            “Catty kenapa nek?”
            “Catty mati ..”
            “Hahh?”
Aku terperangah. Catty? Kucing?
            “Kenapa bisa mati nek??”
            “Sepertinya dia diracun ..” ujar lelaki yang dipanggil Pia ‘Kakek’ tadi seraya menunjuk bangkai kucing berbulu oranye terang yang tergeletak diatas lantai. Dan mulutnya .. berbuih? Apa benar-benar diracun?
            “Kok bisa?”
            “Kakek tidak tau .. kakek baru saja pulang Holland, tiba-tiba Catty mati dan nenekmu ini menuduh kakek!” ujar Kakek Pia.
Aku menyeringai. Ahaha … ada kasus lagi nih. It’s time for Detective Theo showing his analysis. Meskipun untuk seekor kucing sih. Eh.. tunggu dulu! Aku jadi teringat sesuatu .. artikel majalah yang kubaca tadi pagi .. tentang .. kucing? Kaya? Nenek-nenek? Jangan-jangan??
            “Sudahlah Hellena, jangan menangis terus! Itu hanya seekor kucing!” tambah kakek-kakek itu.
DOR!
Ternyata benar dugaanku! Di-dia Hellena Simpson! Yang kabarnya akan mewariskan 7 trilyun hartanya kepada seekor kucing manis turunan Persia! Ya ampun, aku sama sekali gak nyangka bisa bertemu dengan dia disini..
Kakek Pia lalu menoleh kepadaku. Aku meneguk ludah. Uhh
            “Pia.. dia siapa? Temenmu?” tanya sang kakek kepada cucunya
Pia lalu ikut menoleh ke arahku. “Ah! Iya aku lupa! Kemarilah Theo!”
Aku menggeleng pelan sembari tersenyum masam. Sudahlah.. lupakanlah saja aku..
            “Kenapa The? Udah sini aja gak papa!” tukas Pia makin keras.
Yah, mau bagaimana lagi. Aku dipaksa.. Dengan langkah pendek, aku berjalan mendekat ke arah dimana kakek, nenek dan cucu itu berpijak.
            “Siang .. kek, nek ..” sapaku berbasa-basi.
            “Si-siang ..” jawab nenek Pia berusaha untuk mengusap air matanya. Kasihan..
Sedangkan kakek Pia, ia hanya menatapku tajam dengan tatapan ‘Beraninya kau mendekati cucu perempuanku!’ GLEK! Menurutku sih ..
            “Maaf The .. aku lupa tadi kamu disitu ..” ujar Pia
            “I-iya ..”
            “Ma-maaf ya nak .. kita lagi terlarut emosi tadi ..” gumam nenek Pia.
            “Gh~gak papa kok nek ..”
Kami berempat terdiam sesaat beserta beberapa maid yang berada diseberang meja kakek Pia. Wahaha .. kenapa jadi gini nih.
            “Jadi kita lanjut ke persoalan.. bagaimana ceritanya kucing itu bisa mati!?” kata kakek Pia sembari menatap geram kepada para maid mudanya.

Aku menautkan alis menatap bangkai kucing tak jauh dari tempatku. Oh, jadi .. itu tuh kucing yang bakal dikasih warisan 7 trilyun.. dan sekarang? Dia mati? Alasan yang bisa kusimpulkan sekarang adalah, motif pembunuhan ini pastilah menyangkut uang yang begitu banyaknya itu. Ya .. 7 trilyun gitu loh? Siapa yang tidak tergiur? Apalagi calon penerimanya hanya seekor kucing!
Sesaat kemudian, aku menoleh pada beberapa maid itu. Kupikir, ada baiknya mendengar mereka mengadu alasan dulu.
            “Kemana kalian saat kejadian berlangsung?!” tukas kakek Pia
BRAK! Suara meja digebrak, mengagetkan kita semua secara spontan.
            “Kamu yang pertama!” tukas kakek Pia menunjuk seorang maid cantik dari pojok paling kanan. –Maksudku kanan-nya kakeknya Pia-
            “Sa-saya tidak tau apa-apa Tuan .. saya waktu itu sedang mencuci pakaian di belakang ..”
            “Selanjutnya!”
            “Saya juga saya tidak tau, saya dari tadi pagi ada di dapur mengurus makanan untuk Nona Catty ..”
Dan interogasi itu pun berlanjut. Setelah memakan waktu hampir 30 menit, inilah kesimpulan yang didapat.
Maid 1 :
Dilihat dari alasannya, aku bisa menyimpulkan dia adalah pembantu untuk urusan cuci-mencuci. Alibinya sedang mencuci baju pada saat kejadian. Aku tau si kucing tidak diluka secara fisik, namun diracun .. tapi aku masih curiga .. bisa saja dia meracuni si kucing dengan detergentnya? Oke, kecurigaan yang sangat aneh.
Maid 2 :
Sepertinya dia maid di bagian memasak. Alibinya sedang berada di dapur untuk menyiapkan makanan si kucing. Kecurigaanku 60% mengarah padanya karena dia yang memang sehari-harinya menyuguhi si kucing makanan. Tapi, kita tidak bisa menuduhnya tanpa ada bukti.
Maid 3 :
Dia seorang yang mengurusi pengeluaran pembelanjaan. Katanya dia sedang belanja saat itu. Tidak ada alasan lain ..
Maid 4 :
Wah, kalau yang ini maid serbaguna. Ia kerjanya menyetrika dan mengurusi berbagai macam hal yang bersangkutan dengan pakaian. Alibinya dia sedang menjahit di kamar maidnya pada saat kejadian. Hem .. bisa bisa ..
Dari keempat alasan yang dilontarkan para maid ini, semuanya tidak ada yang kuat. Mereka pandai bicara dan mengolah kata, takut-takut salah mengucap kalimat yang bisa membuat mereka dituduh. Atau memang itu yang terjadi ya? Aku hanya bisa menghela nafas. Haahh kenapa aku tidak ada pada saat kronologi kejadian sih.. menyesal deh! Tapi .. aku curiga pada salah satu maid ini .. hemm ..
            “Pia .. anter aku ke dapur bentar dong ..” bisikku pada Pia.
            “Mau ngapain?” sergah Pia
            “Udahlah .. anterin aja ..”
            “Ya-yaudah deh …”
Pia menoleh pada kakek dan neneknya. “Kek, nek, aku sama Theo ke dapur bentar ya? Mau minum .. haus ..”
Wahahah.. Pia pintar bohong juga yah.
            “Iya.. minum sana ..” jawab nenek Pia halus. Sedangkan kakeknya, hanya memasang wajah tak perduli. Dasar .. angkuh
Aku dan Pia lalu berjalan menuju dapur. Ya ampun rumah ini besar betul! Sampai pusing kepalaku lihatnya.
Beberapa menit kemudian, sampailah aku di dapur rumah seorang Hellena Simpson ini .. megahnya.
            “Udah ni The?? Kamu mau ngapain?!” tanya Pia
            “Aku ..” aku lalu melihat sekeliling. Bingo! Satu yang aneh kutemukan! “Kemari Pi!”
Aku lalu menarik tangan Pia.
Disini, di dapur yang besar ini. Aku menemukan satu bukti kuat namun tak mengarah pada siapapun. Ya .. tempat makan Catty .. ternyata benar apa kata Maid kedua itu. Ia sedang menyiapkan makanan yang tak sampai pada nonanya. Mungkin, memang tidak masuk akal jika aku menuduh makanan ini yang meracuni si kucing, orang kucingnya udah mati sebelum makan makanannya? Tapi gak salah juga jika diteliti. Barangkali saja, ada cara lain membunuh? Kan perlu diperhitungkan juga..
Aku menekan makanan kucing itu dengan jari. Teksturnya lembut, kenyal dan seperti makanan kucing pada umumnya. Kuhirup aromanya dalam-dalam. Tidak ada yang aneh. Satu kesimpulan yang kudapat, makanan ini tidak beracun! Aku lalu membuang makanan kucing itu. Kuteliti lagi dasar pada mangkuknya. Tidak ada yang mencurigakan! Bahkan wadah makanannya pun tak berbau seolah dicuci oleh antiseptic bakteri. Satu lagi pernyataan.. kucing itu .. tidak mati karena makanan, dan juga tidak pada mangkuknya mengingat kebiasaan kucing yang suka menjilat.
Tapi tunggu dulu.. jangan jangan ..
Aku menoleh pada Pia
            “Kenapa The ..?”
            “Pia .. ayo ikut aku lagi!”
Aku kembali menarik tangan Pia menuju tempat dimana kita berada sebelum pada dapur ini. Tak butuh waktu lama, aku pun sampai dan segera menyambangi bangkai kucing itu.
Mulutnya berbuih .. ya .. ini memang racun!
Samar-samar, aku melihat sehelai rambut yang tergeletak diatas cairan buih kucing itu. Ini kan??
            “Ternyata begitu ..” gumamku sambil tersenyum.

To Be Continued ..

STOOP! Cukup sampek sini ajaaa ..
Pertanyaannya sangat simple! Bagaimana kucing itu bisa mati?? Wohoho .. silahkan ditebak! It’s easy kok :), cuma saya buatnya panjang aja, hahahah! Hahahaa uhuk! Uhuk! -_- :P. Pecahin dulu, barangkali ada yang bener? Entar aku kasih tau jawabannya kalo banyak yang jawab? Wkwkwks, #MODUS.

Original Case, Copyright by Ó Kaesta Fantasia“The Adventure of Detective Theo

Comments

Popular posts from this blog

4. Mimpi

KILLER MESSAGE