The Black Murder

PROLOG

Glasgow, sebuah kota yang berada di negara Skotlandia yang terletak di sungai yang cukup terkenal. Misteri akan adanya kutukan santer di daerah ini, dahulu 30 tahun lalu dari desas desus yang beredar, disebuah desa terjadi kematian secara masal. Para penduduk tersebut meninggal secara mengenaskan dengan banyak bintik-bintik hitam di tubuhnya, kabar nya bahwa penduduk itu durhaka terhadap leluhur mereka sendiri sehingga mereka di kutuk. Sekarang desa itu dihilangkan, para penduduk, rumah dan pemukiman nya dibakar menjadi lenyap tak tersisa.
Kutukan itu terulang lagi di sebuah apartemen di kota Glasgow dan Detektif Ralph Henderson diminta menyelidiki kasus ini. Akankah misteri ini terpecahkan?

BAB 1 Misteri Kematian Dennis Enderson
20 Januari 1978
07:00 Aku tak percaya takhayul tapi karena hal ini pikiranku tentang takhayul berubah, padahal baru saja kemarin ada kasus kebakaran di sebuah pabrik tas, sepertinya kota ini sedang dilanda kutukan. Aku berjongkok disebuah mayat yang penuh dengan bintik-bintik hitam di tubuhnya dalam keadaan telanjang bulat, Benar-benar ingin muntah melihatnya. Pria putih ini mati dengan cara kedua tangan nya ditaruh di dada nya, tangan kirinya berada dibawah tangan kanannya. Dalam posisi telentang di tengah ruangan kamarnya ini, kamar yang minimalis dinding nya dihiasi poster lelaki berotot seperti binaraga. Dari hasil pemeriksaan ditemukan lebam di punggung korban dan tubuh korban tampak kaku seperti balok kayu. "Bagaimana inspektur? Siapa yang menemukan jasad korban pertama kali?" Tanyaku kepada Inspektur Haris Clayden yang kurus dengan kumis tipis menghiasi atas bibirnya.
"Yang pertama menemukan nya Baird Enderson, kakak korban." Inspektur Haris memperkenalkan Baird yang ada disamping nya.
"Baiklah Tuan Baird, bisa duduk sebentar? Saya minta maaf mungkin anda masih berduka, saya mau mengajukan beberapa pertanyaan tapi jika anda tak bisa sekarang, mungkin setelah anda tenang saya bisa tanyakan" Kulihat raut wajah Baird yang muram itu, tapi masih tampak begitu tabah.
"Tak apa detektif. Sekarang saja, mari duduk di sofa depan dulu"
Mr. Baird mengajak ku ke sebuah sofa diruang depan. "Bagaiamana anda menemukan korban, Mr. Baird?" tanya ku memulai pembicaraan.
"Saya membuka pintu nya yang terkunci dan memanggil-manggil adik saya itu tapi apa yang saya lihat sungguh mengerikan, saya pun segera menghubungi polisi." Jelasnya.
"Apa kalian tinggal serumah disini?"
"Iya kami tinggal serumah"
"Tadi anda bilang pintu nya terkunci, lantas apakah anda mempunyai kunci apartemen ini?"
"Ya saya punya kunci duplikatnya dan saya kasih kunci lainnya ke Dennis"
"Kemana saja anda sebelum korban meninggal? Menurut hasil forensik korban sudah meninggal dari kemarin."
"Saya ada urusan bisnis keluar kota dan menginap 2 hari disana"
"Apakah anda naik kendaraan pribadi kesana?"
"Tidak, saya naik kereta. Ini?" Baird mengeluarkan sebuah kertas dari saku nya dan menunjukannya padaku, lalu memasukannya kembali.
"Baik Mr. Baird, apa korban mempunyai musuh atau ada masalah. Menurut yang anda tahu?"
Dia tampak berfikir sejenak, lalu berkata "Ya sebenarnya aku tak suka dengan Dennis karena dia suka ikut komunitas MOGS, apalagi dia suka mengajak teman pria nya kesini menginap"
"MOGS?"
"Yah, semacam Club Gay. MOGS, Men Of Gay Scotland. Saya sempat menampar Dennis karena saya tahu dia ikut Club aneh itu. Saya jijik terhadap gay tapi ternyata adik saya sendiri yang seperti itu."
"hmmm...Apa anda tahu siapa saja yang suka main ke apartemen dan menginap itu?"
"Yang saya kenal cuman Arlen Bowen rumahnya dekat daerah Rivero yang berada di belakang BAR Heaven, karena dia yang sering menginap disini tapi itu sudah 3 bulanan yang lalu semenjak aku tahu Dennis gabung di Club Gay aku tak memperbolehkannya mengajak teman nya menginap. Selain itu Arlen teman sekolah ku dulu yang sering aku bully karena keanehannya itu"
"Terima kasih Mr. Baird, informasi anda sangat membantu." Aku bersalaman dan ku tersenyum ramah padanya. Banyak sekali botol bekas minuman keras di meja ini.
***
Besok nya pukul 10.00
Kantor Polisi
Hujan mengguyur kota Glasgow.
"Bagaimana inspektur? Apa hasil forensik dan ada fakta baru?"
"Ya detektif Ralph, ada beberapa puntung rokok di toilet dan kamar korban, selain itu kunci apartemen korban pun ditemukan ditempat sampah ya cukup beruntung karena petugas kebersihan sedang sakit jadi pagi nya dia tak membawa sampah dan selain itu juga dompet korban yang uang nya sudah raib ditemukan ditempat sampah, selain itu saya dapat laporan baru. Bahwa Mr. Baird kehilangan pisau dapurnya. Menurut keterangan saksi di apartemen tersebut dari tanggal 18 ditempat Enderson memang ada kegaduhan seperti pesta, dan pada pagi hari tanggal 19, seorang pemuda mendatangi apartemen korban, selanjutnya pukul 11 seorang pemuda lain datang kesana tapi 15 menit kemudian sudah keluar lagi dan terakhir pukul 15.00 pemuda berbadan tegap tinggi sekitar 180cm mencari korban dan sempat menanyakan tentang korban ke tetangga nya. Pukul 20.00 ada saksi yang bilang bahwa korban Dennis yang memakai topi keluar apartemen dengan membawa bungkusan."
"Baiklah Inspektur, saya akan kerumah Arlen Bowen sesudah hujan mereda mungkin ada sedikit informasi dari nya, saya juga minta info tentang keberangkatan Mr. Baird keluar kota, apa ada saksi yang bisa dihubungi disana"
"Baik Ralph, saya akan selidiki"

BAB 2 Kesaksian Arlen Bowen dan MOGS
21 Januari 1978
Pukul 11.00
Dari alamat yang diberikan Baird Enderson, aku pun mendatangi Arlen Bowen. Orang nya cukup ramah dengan rumah yang sederhana dan banyak bunga-bunga indah disekelilingnya, di dalam ruang tamu ada beberapa rak buku yang bukunya tersusun rapih. Arlen seorang gigolo sekaligus gay, tapi belakangan ini dia sering merugi karena terlilit hutang dan kehilangan pelanggan.
"Ya Detektif, saya pada tanggal 19 datang ke rumah nya pagi-pagi tapi pada tanggal 18 malam saya tak datang ke pesta nya karena saya tak diundang. Mereka sudah membenci saya karena dulu pernah memukul Dennis. Saya sempat bantuin Dennis beres-beres di apartemen nya. Katanya takut kakaknya tiba-tiba pulang pasti kakaknya marah melihat hal ini. Padahal Saya pagi itu hendak meminjam uang kepadanya karena saya sudah kesulitan kerja tapi Dennis tak memberikannya jadi saya pun pulang pukul 10.00."
"Apa ada yang terlibat masalah dengan Dennis selain kamu?"
"Ya ada mereka di Club MOGS, Eric Ricard dan Tobi Aiden. Mereka berdua benci terhadap Dennis karena dia sombong dan selalu memakai uang nya tuk mendapatkan teman. Kalau detektif mau biar saya antar saya tahu kemana mereka biasa nongkrong."
"Wahh baiklah kalau begitu jangan buang-buang waktu." Seru ku.
***
Heaven Bar
Sebuah Bar dengan nuansa klasik, ternyata ada juga Bar yang buka jam segini. Tangan kiri Arlen memegang punggungku dan tangan kanannya menunjuk dua orang yang sedang duduk menikmati Tequilla di musim semi ini.
Aku pun menghampiri mereka dan mulai memperkenalkan diri.
"Apa anda berdua ke apartemen Dennis kemarin" Tanyaku.
Pemuda yang bernama Tobi berkata "Aku datang ke rumah nya pukul 11.00 cuman mengobrol sebentar karena dia tampak pucat dan bilang ingin istirahat, padahal pas malam di pesta dia tampak baik-baik saja."
Selanjutnya Pria berbadan tegap dan maco tapi Gay bernama Eric berkata "Aku datang pukul 15.00 karena mau menagih utang nya kepadaku sudah 2 bulan dia tak membayarnya tadinya aku mau hajar dia tapi keburu dia tewas. Padahal kutahu uang nya banyak" Eric berkata penuh dengan emosi.
"Ya Dennis itu emang sifat nya pelit kecuali kalau buat hura-hura, tapi aku belum punya uang juga mungkin besok ya Ric hehe" samber Arlen.
"Iya Arl, awas itu janjimu" ancam Eric.
"Maaf kalau saya boleh tahu ada keperluan apa saudara Tobi datang ke rumah Dennis?" Sela ku.
"Saya datang hanya untuk main kebetulan lagi gak ada kerjaan. Dia sempet memanggilku Kakak, dia mengira yang datang kakaknya"
"Oh seperti itu, Rokok?" Tawarku menaruh bungkus berisi rokok dimeja itu. Eric dan Arlen mengambilnya. Sementara Tobi tampak melamun aku pun tawari lagi ke dia, tapi dia menggelengkan kepala dan bilang "saya tidak merokok."
"Oh ya, pada pukul
18.00-20.00 kalau boleh saya tahu apa yang kalian lakukan?"
"Aku...." Tobi tampak mengingat-ingat "saat itu lagi mabuk di Bar ini bersama Eric, aku kurang ingat mungkin karena mabuk"
"Ya dia bersamaku disini" Tambah Eric.
"Kalau kamu Arlen?" Tanyaku lagi
"Aku menonton bioskop yang berada di Jalan Feuror lalu pulang jam 8 malam ke rumah."
"Wahh berarti kau melihat kebakaran di pabrik Tas itu! Yang ada di seberang jalan, aku lihat di berita katanya kemarin disana kebakaran" Sahut Tobi.
"I...ya mengerikan sekali,
aku melihat api itu melahap semua mesin nya"
"Ya untung nya para pegawainya sudah di evakuasi" Timpalku.
"Terima kasih untuk kalian semua atas ketersedian nya, maaf mengganggu aktivitas saudara semua mungkin saya akan meminta inspektur Haris untuk menanyai kalian lagi, supaya bisa ditindak lanjuti oleh polisi"
"Tak masalah Mr. Ralph, kalau ada yang bisa kami bantu pasti kami bantu" sahut Eric.
"Apalagi ini menyangkut kematian sahabat kami" Timpal Arlen.
***
Ku pulang berjalan kaki bersama Arlen, di perjalanan ku berbincang dengan nya.
"Kau tahu, aku semakin yakin ini bukan kutukan tapi ini pembunuhan"
"Begitukah Ralph? Siapa yang kau maksud pembunuhnya?" Tanya Arlen.
"Kalau aku bilang kau pelakunya bagaimana? hehe" Candaku.
"Hah? Aku? Kau gila..."
"Hehe bercanda Bro, tapi benar ini pembunuhan hanya saja aku belum menemukan buktinya"
"Ya aku juga sama berfikiran sepertimu, sebenarnya tak ada yang namanya kutukan ya kemungkinanku kalau Dennis mengidap penyakit"
Aku mengernyitkan dahiku "Hmm....penyakit ya? Penyakit apa? Kemungkinan lain ada gak?"
"Ada mungkin racun, dia bunuh diri atau dibunuh"
"Tepat sekali ada dua kemungkinan itu penyakit atau diracun? Haaa aku sepertinya harus baca-baca buku lagi"
"Tim forensik memang tak bisa mengidentifikasinya?"
"Entahlah mereka tampak tak yakin, kita lihat saja besok. Terima kasih Len kau telah membantu penyelidikan ini."

Bab 3 Misteri Terungkap!
22 Januari 1978
Hujan kembali mengguyur kota Glasgow dari jam 8 pagi, Aku mondar mandir di ruangan sambil berfikir bersama Inspektur yang duduk di kursinya "Kami sudah menanyai orang yang mengikuti pesta diantaranya ada juga Tobi" Terang Inspekstur.
"Ya Tobi juga cerita itu, ada berapa orang yang mengikuti pesta itu? Apa ada yang menginap?"
"Hanya 8 orang. Tak ada, pesta itu pukul 23.00 sudah selesai semua punya alibi masing-masing dan tak ada motiv untung membunuh korban"
"Bagaimana dengan tetangganya?"
"Tetangga nya orang-orang bonafit, mereka jarang berteman dan tak peduli terhadap satu sama lain. Mengenai keberangkatan Mr. Baird juga alibinya cukup kuat karena menurut rekan kerja nya disana, dia memang ada di tempat tersebut."
***
Pukul 14.00
Hujan baru reda dan kami dapat laporan lagi bahwa Arlen Bowen tewas, Aku pun segera mendatangi rumah nya bersama inspektur, kulihat pintu rumahnya tertutup dan terkunci dari dalam, kami pun mendobrak nya dan kuncinya pun terjatuh. Tubuh Arlen Bowen telungkup, Aku tak menyangka dia akan seperti ini. Di punggung nya terdapat pisau yang menancap, di tubuhnya juga terdapat bintik-bintik hitam. Sepertinya dia berlari dan ada orang yang menusukkan pisau itu tapi itu hanya dugaan. Kaos yang dipakai Arlen tampak basah dibagian punggung dan bahu kanan nya dan juga sedikit genangan air di lantai samping korban.
"Aku sudah periksa semua ruangan, kamarnya tampak berantakan tapi tak ada tanda kekerasan sepertinya dia mati sesudah masuk ke rumahnya"
***
"Hasil forensik mengatakan dia mati sekitar 12 jam yang lalu ada sidik jari Arlen Bowen dan Baird Enderson di pisau tersebut" Inspektur Haris membaca laporan forensik.
"Siapa yang menemukan korban?"
"Eric Ricard, dia menggedor pintu tapi tak ada yang menyahut setelah dia intip dari Kaca jendela dia melihat Arlen tertusuk lalu dia lapor polisi. Katanya datang untuk menagih hutang."
"Lantas bagaimana alibi Baird?"
"Dia masih di luar kota dari kemarin katanya mungkin besok baru pulang dan datang ke kantor"
"Dia tak cerita soal pisau"
"Dia bilang pisau dapur itu memang hilang ketika kematian adik nya"
"Tapi harusnya kalau itu pisau dapur di apartemen ada sidik jari Dennis juga"
"Tidak, Menurut keterangan sahabat korban dan Baird, Dennis lebih suka jajanan Instan atau beli delivery serta datang ke cafe daripada masak disitu."
"Ya sepertinya misteri kutukan itu sampai disini..." Aku pun merebahkan diri duduk di kursi kantor.
Inspektur Haris pun tersenyum padaku.
............
Siapa pelaku? Bagaimana Kronologis Kematiannya?

Comments

Popular posts from this blog

4. Mimpi

KILLER MESSAGE