Pembantaian Reuni


 By Rafi Izam Intelegent Management
25 September 2012

Pagi hari itu, Rafi siap siap berkumpul dengan para reuni tahun 2013. Mereka adalah Bahrul, Sinta, Deni, Tari dan Firda. Mereka pun didampingi oleh Pak Darsono.
Mendung pun mulai menyelimuti kawasan lereng Gunung Ciremai. Di salah satu lerengnya yang jauh dari perkampungan, berdirilah sebuah penginapan megah yang tampak asri terawat. Di jalan menuju penginapan tersebut, melaju dengan pelan sebuah minibus

"Raf, loe sekarang kerja dimana?" Tanya Bahrul. "Kerja di Petrokimia gresik. Dulunya kerja di PT Bintang tapi aku dipecat." "Paling jadi kuli disana, ya?" Ledek Bahrul "Nggak gitu juga, kan disana aku langsung ke pembuatannya. Kalo kamu?" "Dokter, Raf. Keren kan. Lumayan juga tuh kerja langsung ke sumbernya." "Iya, omong omong, kok reuni tahun 2013 kok dikit ya?" "Mungkin pada sibuk kali." Jawab Bahrul sekenanya. "Oh gitu ya."

"Rafiiii....! Mau gak beli parfumku?" Tiba tiba Tari mengagetkan Rafi dari belakang sambil menyodorkan parfum miliknya. "Eh? Parfum apa aja?" "Ini nih, ada yang wanginya tahan satu hari. Mau coba?" "Hehe, kayaknya boleh dicoba tapi aku gak berniat membalinya. Sekali lagi maaf ya, tar." Senyum Rafi.
Bis mini yang melaju menuju penginapan kecil. Itu pun akan diadakan pesta reunian STM pembangunan. Sesampainya, Rafi pun turun dari minibus dan mengeluarkan mp3nya untuk sekadar mendengarkan lagu lagu. Mereka pun disambut oleh pemilik penginapan yaitu pasangan suami istri yang bernama Pak Wawan dan Ibu Sumi.



"Hei, Raf." Sapa perempuan yang dibelakang Rafi. "Oh, napa Firda?" "Gimana keadaanmu?" "Alhamdulillah, baik. Kamu kan katanya bahrul lagi di Wonosobo. Kok kamu bisa secepat ini ke Surabaya buat reunian?" "Iya, soalnya aku dipaksa sama pak Darsono. Mungkin beliau dah tau kalo kali ini reuniannya sedikit hingga sebagian ada yang mungkin dipaksa." "Hmm, iya kelihatannya begitu. Oh iya, kamu di wonosobo tuh kerja apaan?" "Aku sebagai Kimiawan PT Bintang." "Oh, yang itu. Selamat ya." "Iya, Raf. Gimana kabarmu selama ini?" "Kan udah nanya tadi. Hehe. Gak konsen nih." "Hahah, iya juga sih."
Mereka semua pun mengambil kamar penginapan masing masing. Dibagi dua kamar yaitu satu kamar untuk laki laki dan satu kamar lainnya untuk perempuan. Sedangkan pak Darsono sendirian di kamarnya.
Setelah mereka melepas lelah akibat perjalanan. Mereka pun mencoba untuk berenang di penginapan kecuali Rafi, Sinta dan Pak Darsono.
Firda, Tari, Bahrul dan Deni berenang bersama dalam satu kolam yang besar. Deni pun kembali ke kamar laki laki untuk mengambil handuk. "Hei, Raf. Serius amat" Sapa Deni
"Iya, lagi baca buku sambil dengerin musik, nih." Jawab Rafi singkat. "Buku apa, nanti gue liat aja deh. Soalnya aku mau renang nih. Katanya anget. Makanya gue gak sabar pengen nyoba." "Oh ya udah. Eh sekali kali aku mau pergi ke klubmu." "Memangnya kenapa? Oh loe baca Deni's Bar di tasku itu,ya?" "Hehe iya." "Gak apa apa. Sekali kali mampir. Ya udah, gue duluan, raf."

Setelah mereka berenang, Deni dan Bahrul kembali ke kamar laki laki. "Wah, rugi loe Raf gak ikutan berenang. Lumayan anget airnya." ucap Bahrul. "Iye, loe lagi ngapain sih, Raf?" Timpal Deni. "Cuman baca buku aja kok. Lagian seru tau." "Buku apaan sih?" "Ini, novel fantasi kimia. Bagus banget. Barusan dikasih Sinta, apalagi dia juga yang ngarang buku ini. Kesannya hidup banget. Liat bagaimana atom itu berada di sekitar kita dimulai dari yang terlihat ataupun tidak dilihat. Ada juga tentang kenapa ada unsur yang menyatu ataupun tidak hingga membentuk ion. Ada juga tentang alkana, alkuna, akena yang diimajinasikan secara luar biasa." "Kayaknya bagus tuh, Raf. Gue nanti pinjem ya?"Balas Bahrul. "Sebentar dong. Aku kan belum selesai bacanya."
Tak lama kemudian terdengar suara teriakan dari kamar perempuan. "Apa itu!" Teriak Rafi "Sebaiknya kita cari tau, Raf!" Timpal Deni.
Rafi, Deni, dan Bahrul berlari keluar menuju kamar putri yang berada di sebelahnya. Lalu terlihat Sinta yang tewas tertusuk pisau di perutnya, kasurnya berceceran darah dan terdapat kertas print ukuran 10cm X 10cm yang bertuliskan: KAU YANG PERTAMA!
Dalam kamar terdapat jendela yang tidak dikunci, lemari, kasur,dan laptop diatas meja yang masih menyala.
Tari dan Firda pun menyingkir dari pintu dan sedikit menjauh dari mayat. "Haduh, cepat panggil ambulan!"
Secepat itu, Tari mengadukan hal ini pada Pak Darsono. "Wah, disini gak ada sinyal. Punyamu ada sinyal gak, Raf? Tanya Pak Darsono padaku sambil mengarahkan hpnya ke atas seolah mencari sinyal. "Sama, pak. Gak ada sinyal." "Ya udah, bapak mau keluar dulu mencari sinyal." "Hati hati ya, pak."
"Kenapa terjadi seperti ini ya?" Perkataan itu disertai tangis oleh Firda. "Padahal dia tak memiliki musuh. Yang banyak hanyalah fans penulis dia." Lanjut Tari.
Buku yang dipegang Rafi menjadi terjatuh besertaan dengan tangisan Tari dan Firda.
"Apa sebaiknya kamu selidiki saja penyebab kematian Sinta, Raf? Kamu kan dulu pernah mendalami dunia detektif." Kenang Bahrul. "Itu dulu sekali. Sejak UNAS, aku pun berniat vakum tapi akhirnya keluar karena banyak urusan kerjaan." Jawab Rafi. "Tapi saat itu, kau memecahkan kasus di dunia maya, Raf. Kali ini kau akan kembali memecahkan apa yang menyebabkan Sinta tewas di dunia nyata." Balas Deni. "Okelah, akan kucoba kumpulkan alibi." Tegas Rafi.
Di ruang tengah, Rafi mencoba mencari alibi calon tersangka dan tentang kertas print itu.
Deni (Laki laki bertubuh gemuk, memakai kaos XXL dan celana panjang XXL juga memakai kacamata): Gue sama Bahrul renang. Tanya aja tuh sama Bahrul. Gue cuman balik sebentar buat ambil handuk. Tadi loe liat gue ambil handuk kan, raf?
Bahrul (Laki laki kurus yang memakai kemeja berkerah dan celana kain hitam): Iya bener, tadi Bahrul renang bareng ma gue. Trus kami ke kamar kita. Kita renangnya bareng Tari dan Firda soalnya kolamnya luas banget.
Firda (perempuan yang memiliki rambut pirang dan memakai kemeja kerah juga celana panjang): Aku kan berenang sama Tari, Bahrul dan Deni.
Tari (Perempuan dengan rambut yang diikat dan sedikit gemuk juga pendek. memakai baju minim): Astinya aku juga renang lah. Tapi aku sempet balik ke kamar buat ambil shampo. Aku terakhir liat Sinta itu saat dia ngetik di laptopnya.
Pak Wawan (Laki laki tua yang berpeci, kumis dan memakai baju khas jawa timur): Astagfirullahaladzim. Kok ada ya, orang tega berbuat seperti itu. Kalo tanya tentang printer sih, aku memang gak tau. Tapi kalo di lantai dua ada beberapa kabel dan komputer tapi tidak tau apa itu printer.Tadi saya lagi sama Pak Mamat di jalan setapak tadi. Trus aku liat supirnya keluar di bis lalu masuk lagi membawa beberapa botol. Gak tau itu botol apa.
Ibu Sumi (Wanita tua yang memakai kacamata, konden, kebaya dan sewek): Punten toh, pak. (bicara pada pak wawan yang berada disebelahnya) Nanging kados enten pembunuhan. Kula ket mau nang jeding mriku. Kulo boten ngertos opo opo.
"Sekarang tinggal supir dan nunggu Pak Darsono nih. Beliau.... Tunggu dulu... Pak.. Pak....! Awaaasss....!"
DUUUAAAAARRRRRR!!!!!! Rafi teriak ketika di balik jendela melihat minibus terbakar lalu tiba tiba meledak bersama supir yang berada di dalam bis hingga tewas terbakar didalamnya. "Cepat, pak. Dimana air..!" Tanyaku pada Pak Wawan. "Astagfirullahaladzim, pak." Jerit Bu Sumi. "Itu, dek. Disana ada selang. Coba aja untuk padamkan apinya." Perintah Pak Wawan. "Raf, suara apa itu? Astaga!" Ucap Bahrul dengan melongo melihat minibus yang terbakar. Dibarengi oleh Deni, Firda dan Tari. Mereka pun ikut melongo melihat apa yang ada didepannya. "Semuanya, cepet padamin apinya!" Seru Rafi pada semua yang keluar di penginapan melihat pemandangan mengerikan seperti itu.
Semuanya pun menyebar mencari air, selang air, ember yang berisi air kolam dan sebagian membawa air dari sumur sebelah penginapan. Beberapa menit kemudian, api telah berhasil dipadamkan.
Rafi dan Bahrul pun mencoba masuk ke badan minibus yang gosong itu. Juga ditemukan beberapa botol minuman keras di kolong jok supir maupun penumpang. "Dia mabuk hingga tak sadar dirinya membakar satu satunya transportasi kita! Bangs*t!" maki Bahrul.
"Sabar, rul. Kita bakal mencoba jalan kaki untuk pulang." Hibur Rafi. "Loe dah gila, Raf? Jalan kaki dari sini hingga ke Surabaya? Itu sudah berkilometer." "Ya udah, gak apa apa. Lain kali bila Pak Darsono mendapatkan sinyal. Pasti kita bakal minta dia hubungi polisi dan juga transportasi lain." Ucap Rafi yang masih menghibur Bahrul yang masih berada di badan minibus yang gosong.
"Raf, bagaimana ini? Kita gak bisa pulang. Aku mau pulang." isak Tari yang semakin menjadi jadi. "Hmmm, Kita tunggu saja Pak Darsono untuk menghubungi transportasi cadangan. Karena beliau hingga saat ini belum muncul."
Sesaat setelah Pak Darsono muncul, Hujan pun mengguyur di lereng gunung Ciremai ini. Sehingga mereka terpaksa kembali menginap satu hari lagi.
Malam harinya, mayat dikamar mandi yang ditemukan oleh Deni. Mayat itu adalah Bahrul. Dia bersimbah darah dan tersapu air dari bak mandi yang dibiarkan terbuka. Sehingga darahnya hilang bersama air yang tertumpah dan hanya luka tusuk yang tersisa dibadannya. Terdapat kertas print yang bertuliskan: KAU BERIKUTNYA..!
Mayat itupun dievakuasi dan dibaringkan sejajar dengan kedua mayat tadi.
Deni: Aku terakhir liat Bahrul itu dia pamit ke aku buat mandi. Tapi tak kusangka dia bakal menjadi korban selanjutnya. Tari: aku tadi sama Firda. Ya kan Fir? Firda: iya, memang dia sama aku. Aku tadi lagi diluar sama Pak Darsono tapi dia merokok hingga aku suruh sedikit menjauh. Pak Darsono: Aku lagi rokok sebentar tapi disuruh keluar. Aku sebentar ngrokok lalu masuk untuk makan malam. Pak Wawan: Aku sama istri saya lagi siapkan makan malam. Bu Sumi: Haduh, enten pembunuhan maneh. Gak pokroh dunya iki. Dewe duwe salah nopo kuwi?
"Huhuhu, apakah penginapan ini terkutuk?" Ucap Tari "Haduh, pembunuhan ini semakin ada ada aja." Keluh Rafi. "Duh, kenapa sih dia harus terbunuh. Padahal dia sudah buka praktek dokter spesialis kulit." "Kamu bilang apa?" "Dia sudah buka praktek dokter spesialis kulit. Tanya aja ma Pak Darsono. Beliau dulu mengalami luka bakar kulit sehingga beliau pernah berpasien padanya. Ya kan, pak?" Ulang Deni. "Iya kok. Dia memang murid yang cerdas." Ucap Pak Darsono.
"Hmmm," Senyum Rafi penuh misterius hingga mengucapkan satu kalimat. "Pak, saya tau siapa pelakunya dan besok aku akan suruh Pak Wawan dan Ibu Sumi untuk memanggil kepala desa disini dan warga untuk menolong mereka sekaligus pelakunya dan korban selanjutnya." Jelas Rafi. "Oh iya? Siapa itu?" Tanya Pak Darsono. "Nanti aja. Gak seru tuh kalo sekarang."

1.) Siapa pelaku dibalik pembantaian ini?
2.) Bagaimana kronologinya?
3.) Apa motif pelaku pembantaian dan siapa korban selanjutnya?
4.) Apa penyebab reuni tahun 2013 sedikit?

Comments

  1. Silahkan analisa kenapa pak darsono?

    ReplyDelete
  2. 1. Pelakunya Mungkin pak darsono.
    2. Kronologinya Mungkin seperti ini: awalnya pak darsono masuk ke kamar Sinta, kemudian membunhnya, Lalu dengan beralasan keluar untuk mencari sinyal, sepertinya ia memanfaatkan waktunya utk membakar bis agar Tak ada yg pergi. Lalu saat tahu bahwa bahrul sedang mandi Ia pun segera membunuhnya?
    3. Motif ya Mungkin balsa dendam Dan Mungkin korban berikutnya Rafi, krn terlalu cerewet.
    4. Mungkin karena pak darsono Tak MEMBERI tahu murid2 yg lainnya makanya Mungkin hanya sedikit yg ikut. Kemungkinan pada tahun 2012 pak darsono pernah ke penginapan ini sehingga ia tahu kalau di sini Tak Ada sinyal Tanpa harus melihat spinal di hpnya.
    Ini hanya pendapatku Dan Mungkin saja salah

    ReplyDelete
  3. Kronologi dari peristiwa ini
    pada awal pertemuan, memang sudah direncanakan oleh pelaku untuk mengumpulkan hanya beberapa peserta reuni, sehingga yang datang pada reuni hanya 7 orang, rafi,deni,bahrul,tari,sinta,firda dan pak darsono.
    pelaku yang awalnya sudah memesan penginapan tersebut mengetahui bahwa daerah tersebut tidak dijangkau oleh sinyal handphone.
    saat tiba di penginapan, pelaku tidak memilih untuk berenang karena adanya luka bakar di sekitar tubuhnya yang membuatnya merasa tidak nyaman, dan melihat juga siapa yang tidak berenang, maka dia ingin melakukan kejahatan tersebut.
    korban pertama yaitu shinta yang merupakan kimiawan dari suatu perusahaan, dulu, pelaku mungkin pernah bekerja padanya, suatu waktu pelaku terkena bahan kimia sehingga menjadi luka bakar yang serius, kemungkinan karena shinta salah meramukan bahan kimia menjadi bahan yang radioaktif terhadap kulit.
    lalu pelaku dilarikan ke rs dan bertemu dengan dokter kulit yang merupakan korban kedua pelaku, dokter mengatakan bahwa luka bakar tersebut tidak bisa disembuhkan dan menjadikan bekas yang permanen, sehingga pelaku menjadi sangat malu terhadap luka tersebut.
    jadi motif dari pelaku adalah balas dendam, dia tidak ingin ada orang yang tahu akan luka bakarnya tersebut.
    dan korban yang akan di bunuh selanjutnya adalah deni, karena deni mengetahui dimana luka bakar yang telah disembunyikan pelaku.
    pelaku sengaja menabrakkan minibus beserta supirnya dengan merekayasa menjadi supir tersebut mabuk2an.
    dan pelaku yang bertanggung jawab adalah Pak Darsono, sang pengatur reuni

    ReplyDelete
  4. yups,sbneRnya yg mgundang mrekalah pelakunya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

4. Mimpi

KILLER MESSAGE